Selasa, 03 November 2009

FANS IWAN FALS

Pencak Silat Forum Sahabat Silat Community

Bahasa Indonesia => Karate => Topic started by: Abraham on November 21, 2008, 09:00:04 PM



Title: Iwan Fals dan Karate
Post by: Abraham on November 21, 2008, 09:00:04 PM
Di antara kita siapa yg ga kenal Iwan Fals sih..? berikut artikel yg sy ambil dr situs resminya


Iwan Fals Latihan dan Melatih Karate Di Usia Yang Terus Merambat

Virgiawan Listanto bagi dunia Olah Raga Keras Karate adaalah sosok yang punya nilai lebih. Iwan yang kepada redaksi pernah mengakui masih menjalankan latihan dan melatih anak didiknya dengan tekun beberapa waktu yang lalu, dinobatkan lulus kenaikan DAN sabuk hitamnya, hingga dia resmi menyandang DAN IV Sabuk hitam Karate Wadokai.

Dalam bincang-bincang santainya dengan iwanfals.co.id di kediamannya, Leuwinanggung, Depok, komentar-komentarnya tentang olah raga beladiri yang dikuasai dan disukainya semenjak muda, cukup menarik. Iwan banyak mengomentari soal perlunya penguasaan Olah raga Beladiri Karate dengan filosofi yang mendasarinya hingga pembelajaran Olah Raga itu semenjak dini.

Dia juga menyoroti Olah Raga Beladiri dan kecenderungan kalangan muda yang menyukai olah raga beladiri, sebatas ‘mengejar’ prestasi. Namun, menurutnya yang lebih penting adalah penguasaan karateka terhadap filosofi yang mengikutinya.

Tidak salah memang, ketika saat ini kalangan muda lebih mencintai olah raga beladiri Karate, terutama untuk mengejar prestasi di berbagai kejuaraan. Sebab, menurutnya pada masanya,dia juga mengalami hal itu, kecuali ketika sudah matang usia karateka baru akan mulai tertarik dengan filosofinya .

Semasa mudanya dulu, Iwan pernah menjuarai Karate sebagai olah raga prestasi. Dia pernah menyandang juara dua Karate Tingkat Nasional, serta Harapan I Karate Tingkat Nasional Tahun 1989, Iwan juga sempat mengikuti Pelatnas Karate di tahun-tahun tersebut.

Pelantun lagu Sugali ini pernah juga melewati masa-masa sok jagoan, ketika menimba ilmu beladiri Karate, yaitu masa-masa masih bersabuk biru. Saat itu menurutnya, dia tidak takut dengan siapapun. “Waktu itu, orang segede apa juga gua samperin,” tambahnya.

Dalam masa-masa sok jagoan itu, tidaklah mengherankan ketika dia lantas mengeluarkan Album Mata Dewa , di cover album tersebut, Iwan menampakkan penampilannya yang ”berotot” dan ”sangar”.

Menurut Lelaki kelahiran Bandung ini, olah raga Beladiri, termasuk Karate bagus diajarkan kepada anak-anak kecil. Namun, sebaiknya diajarkan pada usia anak tujuh tahun keatas dan tak lupa membarengi dengan filosofinya.

Pentingnya mengajarkan beladiri Karate dengan filosofi yang ada dibelakangnya, sebab jika hanya pengajaran fisik dan teknik, yang ditakutkan Karate malah disalah gunakan. Untuk itu, tambahnya pelatih juga mesti membuka buku-buku kata-kata mutiara.

Belajar Beladiri Karate menurut Iwan, berarti belajar sebuah seni, bagaimana merubah anggota tubuh bertangan kosong, diolah sedemikian rupa lewat latihan rutin, hingga bisa menjadi sebuah senjata yang ”berbahaya” atau bahkan ”mematikan”.

Dia juga mengkritik jika ada Karateka yang gemar membuat ”onar”. Menurutnya dia tidak habis pikir. Setiap hari seorang Karateka yang tekun sudah cukup letih berlatih. Sehingga, tidak memungkinkannya untuk ”gebuk-gebukan” di luaran. Jika itu masih terjadi, ”Berarti kurang ”gebuk-gebukan” tuh di dojonya,” tambah Ayah dua anak ini.

Uniknya, Iwan juga menerapkan disiplin keras di dojo yang pernah diajarnya, hingga saat ini. Jika ada muridnya yang ketahuan ”berantem” di luaran, dia akan menghukumnya dengan berdiri di depan tempat latihan dan dipukuli rekan-rekannya. ”Bayangkan, jika satu anak lima pukulan, kiri maupun kanan. Jadi kalau 20 orang yang latihan, tinggal ngali’in aja,” tambahnya sembari tertawa.

Disiplin keras perlu diterapkan. Sebab menurutnya tanpa itu bisa dibayangkan, jika seorang Karateka ”latihan” dengan pemabok, menurutnya bisa berbahaya. Si Karateka sudah pasti menang, itu karena Karateka bisa ratusan kali push-up sehari. Sementara, sipemabuk boro-boro push-up. “Yang ditakutkan, kalau dipukul Karateka, si pemabuk mati. Bisa berabe kalau begitu,” tambahnya.

“Lu bayangin, latihan dua jam, push-up 20 x, dan diulang-ulang, terus lu mukul orang. Sekarang berat badan lu berapa umpamanya, 60 kilo, 60 x 20 aja, itu kekuatan pukulan lu. Atau lu berdiri, kaki di atas, lu bisa 20 kali, asli tuh 200 kilo. Kalau ada orang kena pukulan luh, apa nggak mati tuh orang,” Kata Iwan menjelaskan kerasnya latihan Karate.

Rupanya, dengan model latihan disiplin keras, pelantun lagu Bongkar ini merasa bersyukur, anak-anak didiknya tidak ada yang berantem. Dia mengisahkan dulu pernah ada seorang muridnya yang terlibat perkelahian diluar, karena merasa dihina oleh lawannya. Namun, setelah berkelahi diluaran, si murid tidak berani lagi latihan, takut terkena konsekuensi ”dipukuli” rekan-rekannya.

Iwan juga berkisah, dulu murid di dojonya, jumlahnya bisa mencapai 200-an orang. Tetapi sekarang, muridnya tinggal empat orang, itupun dengan gerakan yang masih “bengkok-bengkok”. Yang terpenting menurut Iwan, bukan “banyaknya”, tetapi seseorang bisa mencapai sabuk coklat, “Terus berlatih, nggak berantem-berantem, itu sudah perjuangan tersendiri,” tambahnya.

Menurutnya, Karate sangat baik dipelajari. Setidaknya seseorang bisa belajar Harmony, kejujuran, serta sportifitas. Bayangkan menurut Iwan. “Sama lawan aja kita harus hormat, karena kita bisa belajar dari lawan,” tambahnya.

Kepada iwanfals.co.id pada (13/7) di Leuwinanggung, rekan sesama Karateka, Jan Hoesada yang juga Sensei di Wadokai mengatakan, Iwan Fals sangat sesuai dengan falsafah Karate, dia adalah musisi yang musik-musiknya agak ngerock dan cenderung keras. Kecuali beberapa saja lagunya yang lembut, cenderung menggambarkan Iwan sebagai sosok Karateka yang humanis.

Saat Iwan Fals naik ke panggung dia akan memerlukan otot-otot karatenya. Iwan adalah kelompok penampil musik rock terbaik di panggung hingga saat ini. Padahal usianya terus bertambah.

Kondisi fisik Iwan yang sangat baik dipanggung, menurut Jan, karena dia masih push-up 100 kali sehari. Demikian halnya dengan scout jump, yang dilakukannya, dijadikannya sebagai menu rutin. Sementara artis bergaya rock lainnya, justru banyak yang tidak melakukannya.

Namun, dimata Sensei yang tampak sederhana ini, dia melihat Iwan mulai “agak gemuk”. Hal yang wajar, karena usia. Menurutnya, Iwan mesti melakukan diet, dengan tidak terlalu banyak makan nasi, lemak dan garam. Hal tersebut penting, agar lebih slim. Terlebih juga jangan mengkonsumsi mie, supaya lebih ringan di panggung, agar tidak cepat terengah-engah. dri

*di kutip dari http://iwanfals.co.id


ternyata Iwan Fals adlh salah seorang sensei jg.


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Dodol Buluk on November 21, 2008, 10:16:58 PM
kok perjalanannya waktu di SMA ga ada mas??\

debuls


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: putri teratai on November 22, 2008, 08:19:35 AM
gua demen ama lagunya "BONGKAR"... ampe saya di bongkar bener ama guru dulu.

IWAN FALS TOP deh... dan saya gak tau kalo dia juga bisa karate.


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Cah_Gemblung on November 22, 2008, 09:25:21 AM
kan dia latihan bareng sama sensei Ben Haryo juga ya? sama2 murid sensei Taman juga kalo gak salah ya? atau malah muridnya sensei Ben Haryo?
iya, Wadokai kan...?

[fruit] [fruit] [fruit]


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Abraham on November 22, 2008, 08:16:35 PM
gua demen ama lagunya "BONGKAR"... ampe saya di bongkar bener ama guru dulu.

IWAN FALS TOP deh... dan saya gak tau kalo dia juga bisa karate.

Kalo saya sudah tahu lama cuma dengar dari teman2 aja tp ga tahu secara mendalam. Baru dari artikel ini saya mengenal lebih jauh mengenai hubungan antara Iwan dan Karate.



Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Taroichi on November 23, 2008, 02:54:59 PM


dulu tahun 1990an pernah tvri meliput iwan fals lagi latihan karate, masak ngak nonton, atau jgn2 belum punya tv ya:)

hebat ya dia sering menyuarakan hati nurani rakyat tapi kenapa syaaaang tidak suka dengan budayanya beladirinya sendiri "silat", bangga banget seh bisa latihan karate.

yah namanya juga hobi ngak bisa di paksa :P


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Abraham on November 23, 2008, 08:37:17 PM

yah namanya juga hobi ngak bisa di paksa


betul itu :)



Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: DasaMan on November 24, 2008, 03:26:20 PM
kan dia latihan bareng sama sensei Ben Haryo juga ya? sama2 murid sensei Taman juga kalo gak salah ya? atau malah muridnya sensei Ben Haryo?
iya, Wadokai kan...?

Kalo Wadokai Karate, saya yakinnya malah pak Iwan Fals ini tingkatannya lebih tinggi daripada Sensei Ben Haryo, secara ilmu kekaratean Wado bos Ben 'baru' Dan 2.

Tapi kalau Wado-ryu Jujutsu, bos Ben haryo sudah Dan 5, udah khatam soal keilmuannya, jadi kalo ngomongin jujutsunya Wado baru Pak Iwan fals ini berguru sama Sensei Ben Haryo.


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Ranggalana on December 04, 2008, 05:21:20 PM
..
hebat ya dia sering menyuarakan hati nurani rakyat tapi kenapa syaaaang tidak suka dengan budayanya beladirinya sendiri "silat", bangga banget seh bisa latihan karate.

yah namanya juga hobi ngak bisa di paksa :P

Di tahun 1990-an saya sempet dekat dengan Iwan, bahkan bikin syair lagu untuknya. Sebelumnya, pas lagu Bento & Bongkar meledak bersama kelompok Swami, dia sempat secara intensif dikompori belajar silat, tetapi karena dia sudah ban item di karate, mungkin dia males belajar silat dari nol lagi.

Meski demikian dia sering tukar pikiran dan ngobrol-ngobrol dengan pesilat.

Di Swami, pasangan dia Jabo dan di Kantata, Rendra, keduanya khan pesilat Bangau Putih. Sebetulnya Iwan banyak menimba pengalaman dan pengetahuan dari mereka juga untuk diterapkan di atas panggung.

Salam hangat,
bram


Title: Re: Iwan Fals dan Karate
Post by: Abraham on December 07, 2008, 05:30:05 PM
Kalo soal bicara dari nol lagi ga cuma pindah disiplin ilmu. Saya dulu dari Goju ke Inkai hrs mulai dr nol jg padahal sama2 Karate.

Gak tau kenapa ada yg bilang beda di KATA.

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 48 tahun) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.[rujukan?]

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Biografi

Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal karirnya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]

Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan disela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]

[sunting] Keluarga

Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anissa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.(

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga lebih banyak membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]

Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarir.

[sunting] Pendidikan

[sunting] Diskografi

Iwan Fals pada cover majalah Rolling Stone Mei 2007

Tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, Iwan Fals sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Pada tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih berkolaborasi dengan musisi muda berbakat.

Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu tersebut menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live. Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu 'Pulanglah' yang dinyanyikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya direkam ulang dan dimasukkan kedalam album terbarunya yang beredar di tahun 2007.

[sunting] Album

[sunting] Singel

[sunting] Single Hits yang dibawakan penyanyi lain

  • Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
  • Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
  • Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
  • Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
  • Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
  • Nyanyian laut ( dibawakan Nicky Astria )
  • Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
  • Bunga Kehidupan (dibawakan oleh artis Musica)

[sunting] Album kompilasi

  • Tragedi
  • Banjo & Harmonika
  • Celoteh-celoteh
  • Celoteh-celoteh 2
  • Country
  • Tembang Cinta (1990)
  • Akustik
  • Akustik Ke-2 (1997)
  • Salam Reformasi (1998)
  • Salam Reformasi 2 (1999)
  • Prihatin (2000)

[sunting] Film

[sunting] Lagu yang tidak beredar

  • Demokrasi Nasi (1978)
  • Semar Mendem (1978)
  • Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
  • Mbak Tini (1978)
  • Siti Sang Bidadari (1978)
  • Kisah Sapi Malam (1978)
  • Mince Makelar (1978)
  • Luka Lama (1984)
  • Anissa (1986)
  • Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
  • Oh Indonesia (1992)
  • Imelda Mardun (1992)
  • Maumere (1993)
  • Joned (1993)
  • Mesin Mesin Pembunuh (1994)
  • Merdeka (1995)
  • Suara Dari Jalanan (1996)
  • Demokrasi Otoriter (1996)
  • Pemandangan (1996)
  • Jambore Wisata (1996)
  • Suhu (1997)
  • Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
  • Cerita Lama Tiananmen (1998)
  • Serdadu dan Kutil (1998)
  • 15 Juta (1998)
  • Mencari Kata Kata (1998)
  • Malam Sunyi (1999)
  • Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
  • Indonesiaku (2001)
  • Kemarau (2003)
  • Lagu Sedih (2003)
  • Kembali Ke Masa Lalu (2003)
  • Harapan Tak Boleh Mati (2004)
  • Saat Minggu Masih Pagi (2004)
  • Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Perempuan Keumala / Laksamana Malahayati (2007)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Berita Cuaca (2008)
  • Jendral Tua (2008)
  • Paman Zam
  • Kapal Bau Pesing
  • Makna Hidup Ini
  • Selamat Tinggal Ramadhan
  • Nyatakan Saja
  • Berputar Putar
  • Aku Menyayangimu
  • Air dan Batu
  • Lagu Pegangan
  • Semut Api dan Cacing Kecil
  • Kata-Kata
  • Sepak Bola
  • Pukul Dua Malam
  • Penjara
  • Belatung
  • Nyanyian Sopir
  • Bunga Kayu di Beranda
  • Aku Bergelora
  • Suara Dari Jalanan

[sunting] Penghargaan

  1. Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
  2. Juara I Festival Musik Country (1980).
  3. Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio’s.
  4. Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio’s.
  5. Penghargaan prestasi artis HDX 1987 – 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
  6. Penyanyi pujaan, BASF, (1989).
  7. The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 – 1989.
  8. Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
  9. Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia – 1999.
  10. Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
  11. Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
  12. Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII – 2000/2001.
  13. Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio’s – Juni 2002.
  14. 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
  15. 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
  16. Pemenang video klip terbaik edisi – Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I– 2002/2003.
  17. Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio’s - Juni 2003.
  18. Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio’s – November 2003.
  19. 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
  20. 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
  21. Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
  22. SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
  23. SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
  24. Anugrah Planet Muzik 2004.
  25. Generasi Biang Extra Joss – 2004.
  26. 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
  27. SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
  28. With The Compliment Of Metro TV.
  29. Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.

[sunting] Pranala luar

Sejarah nama Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Untuk artikel tentang nama orang-orang Indonesia, lihat Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi IndonesiaJaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Nusantara

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk Indonesia yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia.

[sunting] Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

[sunting] Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak mosi ini.

Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.